Tag Archives: Buku

Petualangan Anak Indonesia (Indonesian Children’s Adventure)

Perhatian: ulasan buku ini akan ditulis dalam Bahasa Indonesia dulu, dan Bahasa Inggris berikut.

Note: this book review will be written first in Bahasa Indonesia, then English afterwards.

Buku anak tentang empat anak Indonesia dan petualangannya

Lebih dari 13 tahun yang lalu, saya pindah ke Indonesia untuk berkuliah untuk enam bulan di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarata, Jawa. Pada waktu itu saya bertemu banyak teman baik Indonesia maupun Australia, termasuk penulis ini. Pada tahun 2012, kami bertemu lagi di peristiwa waktu bukunya diterbit dan saya memintanya untuk menandatangani buku saya. Walaupun saya bisa berbicara Bahasa Indonesia, saya sedikit takut membaca buku Indonesia karena kosa kata saya masih rendah. Tahun lalu, saya membaca dan mengulas “Cantik Itu Luka“. Susah sekali membacanya tetapi saya sudah sedikit lebih berani dan siap mencoba buku Bahasa Indonesia lain.

Foto ini menunjukkan “Petualangan Anak Indonesia” ditulis oleh Nicholas Mark dan ilustrasi oleh Bambang Shakuntala. Bukunya di atas kain batik di samping kotak batik. Di dalam kotak ada obyek emas bentuknya gunungan wayang. Sampul buku ada gambar empat anak, tiga monyet, tiga peri dan satu garuda.

“Petualangan Anak Indonesia” ditulis oleh Nicholas Mark dan ilustrasi oleh Bambang Shakuntala adalah buku anak yang berisi tiga kisah. Kisah pertama berjudul Wayan dan Kutukan Hutan Monyet Ubud terletak di pulau Bali. Wayan harus membantu monyet-monyet hutan mengalahkan makhluk-makhluk jahat. Kisah kedua berjudul Mutia dan Keajaiban Pulau Emas terletak di Sumatera Barat. Mutia coba membantu wanita tua, akan tetapi wanita tua ada rencana jahat dan Mutia yang berani harus membantu mahkluk lain. Kisah ketiga berjudul Nanda & Dani Membongkar Rahasia Yogyakarta terletak di Jawa. Kakak beradik Nanda dan Dani harus berjalan di bawah tanah dari Gunung Merapi ke kota Yogyakarta lewat gang rahasia untuk melindungi kotanya.

Buku ini sangat menyenangkan. Mark menulis tentang empat anak Indonesia dari budaya and daerah beda tetapi mereka semua anak berani. Buku ini termasuk makhluk mitos Indonesia dan lingkungan, budaya, gedung dan makanan khas Bali, Sumatera Barat dan Jawa. Ilustrasinya hebat dengan banyak detail cerdas.

Buku ini cocok untuk baik anak Indonesia maupun orang asing yang mau berlatih Bahasa Indonesia.

Children’s book about four Indonesian children and their adventures

Over 13 years ago, I moved to Indonesia to study for six months at Universitas Gadjah Mada in Yogyakarta, Java. During that time I made lots of Indonesian and Australian friends, including this author. In 2012, we met again at an event when his book was published and I asked him to sign my book. Although I can speak Indonesian, I am a bit afraid of reading Indonesian books because my vocabulary is still low. Last year, I read and reviewed “Beauty is a Wound“. It was really difficult to read it but I’m not a bit braver and ready to try other books in Indonesian.

Image is of “Indonesian Children’s Adventure” by Nicholas Mark with illustrations by Bambang Shakuntala. The book is on top of batik fabric next to a batik box. Inside the box is a gold object in the shape of a mountain puppet. The book cover has a picture of four children, three monkeys, three fairies and a garuda.

“Indonesian Children’s Adventure” by Nicholas Mark with illustrations by Bambang Shakuntala is a children’s book which contains three stories. The first story titled Wayan and the Curse of the Ubud Monkey Forest is set in the island of Bali. Wayan has to help the monkeys of the forest defeat evil creatures. The second story titled Mutia and the Miracle of Gold Island is set in West Sumatra. Mutia tries to help an old woman, but the old woman has an evil plan and brave Mutia has to help other creatures. The third story titled Nanda & Dani Uncover the Secret of Yogyakarta is set in Java. Brother and sister Nanda and Dani have to travel underground from Mount Merapi to the city of Yogyakarta through secret tunnels to protect the city.

This book was very enjoyable. Mark writes about four Indonesian children from different cultures and regions however they are all brave kids. This book includes Indonesian mythological creatures and environments, cultures, buildings and food representative of Bali, West Sumatra and Java. The illustrations are great with lots of clever details.

This book is suitable for both Indonesian children and foreigners who want to practise their Indonesian language.

Leave a comment

Filed under Book Reviews, Children's Books, Signed Books

Cantik Itu Luka (Beauty is a Wound)

Perhatian: ulasan buku ini akan ditulis dalam Bahasa Indonesia dulu, dan Bahasa Inggris berikut.

Note: this book review will be written first in Bahasa Indonesia, then English afterwards.

Novel sastra tentang seorang perempuan Indo, keluarganya dan jiwa Indonesia melalui sejarah abad 19an

Peringatan pemicu: perkosaan, perbuatan sumbang, kebinatangan, penelantaran anak, penyalahgunahan, perang, penyiksaan, penculikan, pedofilia, pernikaan anak, bunuh diri, keguguran

Walaupun saya tinggal di Indonesia untuk jumlah enam tahun, dan belajar Bahasa Indonesia di SD, SMP, SMU dan Universitas, sebelum ini saya belum pernah membaca buku novel dalam Bahasa Indonesia. Waktu saya masih remaja, bapak saya kasih kepada saya “Harry Potter dan Batu Bertuah”. Saya coba membacanya, tetapi kosa katanya terlalu susah dan saya tidak mebaca lebih dari si kembar Weasley yg ditemu pertama kali oleh Harry Potter di kereta api Hogwarts Express. Saya pernah dengar tentang buku ini dari teman-teman dan penulis lain (khususnya tentang hal realisme magis). Walaupun ada terjemahan Bahasa Inggris, saya punya keinginan untuk membaca buku ini dalam Bahasa Indonesia. Saya sekarang membaca beberapa buku untuk proyek tulisan dan buku ini ada tema relevan. Oleh karena itu, saya pesan edisi Indonesia.

Foto ini menunjukkan “Cantik Itu Luka” ditulis oleh Eka Kurniawan. Bukunya di tengah kotak batik dan tiga buku catatan batik. Sampul buku ada gambar pantai, kota, hutan dan gunung dengan warna merah dan ungu. Ada tokoh hitam yang duduk di perahu, berkelahi di pantai, gadis dan anjing yang berlari.

“Cantik Itu Luka” ditulis oleh Eka Kurniawan adalah sebuah novel tentang seorang perempuan bernama Dewi Ayu yang tinggal lagi sesudah dua puluh satu tahun kematian. Novel ini menjelaskan kenapa Dewi Ayu menutuskan untuk mati sesudah anak perempuan keempatnya lahir. Berbeda dari kakak-kakaknya, anak perempuan ini sangat jelek dan sebelum mati, Dewi Ayu kasih satu hadiah: nama Cantik. Terus, kita membaca tentang hidup Dewi Ayu sebagai orang Indo di kota Halimunda. Halimunda diokupasi oleh tentara Jepang pada Perang Dunia II dan Dewi Ayu terpaksa menjadi pelacur. Sesudah perang, Dewi Ayu menjadi pelacur yang paling terkenal dan dicintai di Halimunda. Dia punya tiga anak dari tiga bapak berbeda dan setiap anak lebih cantik dari pada yang lain. Akan tetapi, masa sesudah perang merupakan kesempatan untuk mendapat kemerdekaan dari Belanda dan membayang negeri baru. Ada tiga cowok yang menjadi sangat berkuasa pada waktu ini: Shodancho, Kamerad Kliwon dan Maman Gendeng. Siapa yang menang perang untuk jiwa Indonesia dan menikah anak perempuan cantik Dewi Ayu?

Novel ini mencerita sejarah Indonesia dari perspektif unik. Dengan pergunaan realisme magis dan tema yang mengerikan, Eka Kurniawan menunjukkan peristiwa yang paling jelek pada periode Perang Dunia II, Revolusi Nasional Indonesia, Penumpasan PKI dan mungkin juga Petrus. Tokoh-tokoh Dewi Ayu, anaknya dan suaminya mengalamkan peristiwa ini dengan berbeda dan jelas bahwa orang perempuan sangat mudah diserang oleh tentara, preman dan bahkan keluarganya. Dewi Ayu sangat praktis, dan tanpa emosi dia menderita dan mengambil tindakan untuk memastikan dia dan anaknya aman. Kadang-kadang ada peristiwa yang tidak bisa dijelaskan seperti orang yang hidup lagi, cium yang berapi, babi yang menjadi manusia dan kutukan yang tidak bisa dipatahkan. Eka Kurniawan menggunakan hal ini untuk membuat emosi Halimunda semakin keras. Gaya menulisnya sering seperti dogeng.

Akan tetapi, buku ini tidak mudah dibaca. Walaupun memang ada banyak kosa kata yang saya belum tahu (sesudah selesai buku ini, saya mengisi tiga buku catatan dengan kosa kata Bahasa Indonesia!), itu bukan masalahnya. Masalanya sebetulnya tema. Ada banyak kekerasan, banyak perkosaan dan banyak hal yang didaftarkan di atas yang sulit dibaca. Walaupun saya paham ada hal yang harus didiskusikan, Eka Kurniawan menulis tentang hal jelek dengan terlalu banyak perincian, dan saya merasa tidak nyaman membaca buku ini.

Walaupun ini buku yang penting dan menarik, itu juga buku sulit dan sering mengerikan.

Literary novel about an Indo woman, her family and the soul of Indonesia through 19th century history

Content warning: rape, incest, bestiality, child abandonment, abuse, war, torture, kidnapping, pedophilia, child marriage, suicide, miscarriage

Although I lived in Indonesia for a total of six years, and studied Indonesian in primary school, high school and university, before now I have never read a book in Bahasa Indonesia. When I was still a teenager, my dad gave me a copy of “Harry Potter and the Philosopher’s Stone”. I tried to read it, but the vocabulary was too difficult and I didn’t read further than the Weasley twins met for the first time by Harry Potter on the Hogwarts Express train. I had heard about this book from friends and other writers (especially about the issue of magic realism) Although there is an English translation, I wanted to read it in Bahasa Indonesia. I’m currently reading several books for a writing project and this book has relevant themes. As a result, I ordered an Indonesian edition.

Image is of “Cantik Itu Luka” written by Eka Kurniawan. The book is between a batik box and three batik notebooks. The cover is of a beach, city, forest and mountains in red and purple. There are black figures sitting in a boat, fighting on the beach, a girl and dogs running.

“Beauty is a Wound” by Eka Kurniawan is a novel about a woman called Dewi Ayu who lives again after twenty one years of being dead. This novel explains why Dewi Ayu decided to die after her fourth child was born. Unlike her sisters, this girl is extremely ugly and before dying, Dewi Ayu gives her one gift: the name Beauty. Next, we read about Dewi Ayu’s life as an Indo person in the city of Halimunda. Halimunda was occupied by the Japanese army during World War II and Dewi Ayu is forced to become a sex worker. After the war, Dewi Ayu becomes the most famous and beloved sex worker in Halimunda. She has three children from three different fathers and each child is more beautiful than the next. However, the time after the war is an opportunity to achieve independence from the Netherlands and imagine a new nation. There are three men who become very influential during this time: Shodancho, Kamerad Kliwon and Maman Gendeng. Who will win the war for the soul of Indonesia and marry Dewi Ayu’s beautiful daughters?

This novel depicts Indonesia’s history from a unique perspective. With the use of magic realism and horrifying themes, Kurniawan whos the most ugly events during World War II, the Indonesian National Revolution, the Indonesian Communist Purge and perhaps even the Petrus Killings. The characters of Dewi Ayu, her children and their husbands experiences these events differently and it is clear that women are especially vulnerable to the army, thugs and even their own families. Dewi Ayu is very practical, and without emotion she endures and takes action to ensure that she and her children are safe. Sometimes there are events than cannot be explained like people coming back to life, fiery kisses, pigs who become people and curses that cannot be cursed. Eka Kurniawan uses these elements to make Halimunda’s emotions even more intense. His writing style is often like fables.

However, this book is difficult to read. Although there is plenty of vocabulary that I didn’t know yet (after finishing this book, I had filled three notebooks with Indonesian vocabulary!), that wasn’t the problem. The problem was actually the themes. There is lots of violence, lots of rape and lots of the things listed above that are difficult to read. Although I understand there are things that need to be discussed, Eka Kurniawan writes about gross things with far too much detail, and I felt really uncomfortable reading this book.

Although this is an interesting and important book, it is also a difficult book that is often horrifying.

2 Comments

Filed under Book Reviews, Historical Fiction, Magic Realism